04:39
0

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

     Seorang mukmin bias saja penakut atau kikir. Tetapi tidak diperbolehkan seorang mukmin berbuat dan berkata dusta. Rasulllah saw bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Shafwan bin Sulaim, bahwa seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah

أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ جَبَانًا فَقَالَ نَعَمْ فَقِيْلَ لَهُ أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ بَخِيْلًا فَقَالَ نَعَمْ فَقِيْلَ لَهُ أَيَكُونُ الْمُؤْمِنُ كَذَّابًا فَقَالَ لَا


”Apakah ada mukmin yang penakut?” Nabi menjawab, “Ada” Beliau ditanya lagi, ”Apakah ada mukmin yang kikir?” Nabi menjawab, “Ada” Kemudian Beliau ditanya lagi, “Apakan ada mukmin yang pembohong?” Beliau menjawab, “Tidak ada!” (HR. Imam Malik No. 1571).

Jama’ah shalat jum’at yang dirahmati Allah ta’ala
            
           Setiap dosa disadari ataupun tidak pasti akan berakibat kesengsaraan di dunia ataupun di akhirat. Demikian pula dusta, ia membawa kesengsaraan di dunia berupa dijauhkannya keberkahan hidup, dijauhkannya dari petunjuk dan akibat –akibat lain. Sementara di akhirat dusta akan membawanya menuju neraka.

                Maka penting bagi kita merinci akibat-akibat tersebut agar kita bisa menjauhi dusta dan berusaha untuk menjadi orang yang jujur dalam setiap perkataan dan perbuatan kita. Apapun akibat dosa kebohongan dan kecurangan itu antara lain:

                1. Diharamkan dari nikmat hidayah
                Allah ta’ala telah berfirman dalam Al-Qur’an:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ مُسْرِفُ كَذَّابٌ
           
           “Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta”. (Qs. Ghofir : 28).

     Ayat ini memberikan ancaman bagi mereka yang berbuat dusta akan dijauhkan dari jalan petunjuk. Yang demikian itu karena ia memilih untuk memilih jalan menyimpang yaitu dusta.

       Hidayah adalah sesuatu yang diminta oleh seseorang mukmin. Setiap shalat kita selalu mengucapkan “ihdinasshiratalmustaqiim”. Tunjukan kami kejalan yang lurus. Tetapi jalan lurus dan petunjuk itu tidak akan didapatkan disaat seseorang terus berdusta.

        Sidang shalat jum’at yang dirahmati Allah ta’ala

      2. dijauhkan dari rahmat Allah.
         Allah ta;’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
فَنَجْعَلْ لَنَةَ اللهِ عَلَى الْكَاذِبِيْنَ
              
  “Maka laknat Allah atas orang-orang yang dusta”. (Qs. Ali Imran : 61).
                        
                Rahmat Allah adalah harapan setiap muslim yang hatinya bersih dan akal yang waras. Karena memang setiap manusia tidak akan selamat dari neraka dan dimasukkan jannah kecuali dengan rahmat Allah ta’ala. Betapapun banyak dan besar amalan manusia, jika ia terjaukan dari rahmat Allah, maka nerakalah tempatnya.

لَيْسَ أَحَدٌ مِنْكُمْ يُنْجِيْهِ عَمَلُهُ قَالُوْا وَلَا أَنْتَ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللهُ مِنْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَرَحْمَةٍ وَقَالَ ابْنُ عَوْنٍ بِيَدِهِ هَكَذَا وَأَشَارَ عَلَى رَأْسِهِ وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللهُ مِنْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَرَحْمَةٍ
          
      Tidaklah seorang pun dari kalian yang diselamatkan oleh amalnya. Seseorang bertanya, “Tuan juga, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “TIdak juga aku, kecuali bila Allah melimpahkan ampunan dan rahmat padaku.” Ibnu Aun menunjukan tangan ke kepalanya dan berkata, “Tidak juga aku, kecuali bila Allah melimpahkan ampunan dan rahmat padaku.” (HR. Muslim No. 5038).
        
        Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
          
      Jika Rasulullah saw dan para sahabat saja masih membutuhkan rahmat Allah padahal mereka orang yang paling baik ibadahnya. Maka kita yang sedikit ilmunya, sedikit amalnya lebih membutuhkan rahmat-Nya. Tetapi rahmat itu tidak akan diberikan kecuali pada mereka yang menjauhi dusta.
        
        Jama’ah shalat jum’at yang berbahagia
        
        3. Dunia bagi pendusta adalah neraka.
          
      Bias jadi orang yang berdusta akan mendapatkan secuil kenikmatan dunia. Jika ia seorang pejabat, diumbarlah janji-janji jika dirinya menang. Mulai dari sembako murah, bahan bakar murah serta janji-janji lainnya. Tetapi saat kedudukan didapat, janji itu tinggal kenangan tanpa realisasi. Maka saat kedudukan ia tinggalkan, semua orang mencela bahkan menghina akibat dusta yang dilakukan.
           
     Ibnu Qoyyim berkata: jangan kamu anggap bahwa “Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam syurga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.”  

إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيْمٍ وَ إِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيْمٍ
          
      “Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam syurga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.” (Qs. Al Infithar : 13-14).
         
       Hanya terbatas pada kenikmatan nerakanya saja. Tidak, akan tetapi memiliki tiga tempat, yaitu alam dunia, alam kubur dan alam akhirat. Mereka akan mendapatkan kenikmatan dan neraka pada tiga alam tersebut. Dan bukankah tidak ada kenikmatan kecuali kenikmatan hati, dan bukankah tidak ada adzab kecuali adzab pada hati?
          
      Adzab mana yang lebih berat dari ketakutan, kecemasan, kesedihan serta kesempitan dada karena berpalingnya dari negri akhirat serta bergantung pada selain Allah, serta terputusnya hubungannya dengan Allah dan kecintaan pada selain-Nya. Sesungguhnya adzab yang sangat pedih. Maka siapa saja yang mencintai sesuatu lebih dari kecintaanya pada Allah, akan diadzab tiga kali. (Jawabul Kahfi: 106)
           
     4. Hilangnya barokah
                Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadits;

البَيْعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا , وَإِنْ صَدَقَا وَ بَيَّنَا بُوْرِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا , وَ إِنْ كَتَمَا وَ كَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
        
        “Penjual dan pembeli masih boleh memilih (untuk meneruskan transaksi atau membatalkannya) selama mereka masih belum berpisah. Jika keduanya jujur dan menjelaskan apa adanya, maka keduanya diberkahi dalam jual belinya. Jika keduanya menyembunyikan (cacat) dan berdusta, maka akan dihapus berkah pada keduanya.” (HR. Bukhari, No. 1973, Muslim, No. 1532)
          
      Makna dari menyembunyikan cacat dan dusta adalah: penjual yang menyembunyikan dan menutupi aib dagangannya dengan dusta dan sumpah bahwa dagangannya baik sehingga harganya bias tinggi sekali. Penjual mendapatkan harga tinggi yang seharusnya tidak ia dapatkan dikarenakan berbohong. Dusta dalam jual beli dengan mendapat tambahan dari harga semestinya akan menghapus barakah. Kita berlindung kepada Allah dari hal tersebut transaksi dibangun atas dusta. Sedangkan dusta adalah kebatilan. Dan semua yang dibangun atas kebatilan, maka akan menjadi batil. (Syarh riyadhus shalihin 4:192).
         
       Jama’ah shalat jum’at yang berbahagia.
        
        Karena perbuatan dusta, Allah ta’ala hilangkan keberkahan dari jual belinya. Bias jadi seseorang mendapatkan keuntungan yang banyak dan terus bertambah keuntungannya. Tetapi keuntungannya tidak menjadikannyabahagia. Bahkan Allah siksa dengan harta, anak dan keluarganya. Bias jadi ia tinggal di rumah yang indah, istri yang cantik dan anak anak yang sukses secara duniawi. Tetapi semuanya tidak menjadikannya bahagia karena anaknya menjadi anak durhaka,istri atau suaminya selingkuh, sehingga keluarga bahagia tidak mereka dapatkan.
        
        Jika media televisi, radio dan internet hari ini telah terbiasa dengan berita bohong dan hoax. Para pedagang telah terbiasa berbohong untuk melariskan dagangannya. Jika orang tua telah membohongi anaknya agar taat kepada orang tuanya, maka sudah saatnya kita mengubah masyarakat. Bias jadi kita akan dianggap asing karena kejujuran kita. Tetapi ketahuilah bahwa janji Allah berupa jannah akan diberikan kepada orang yang berusaha memperbaiki manusia meski ia dianggap asing.
        
        Tidak ada jalan lain untuk mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan dunia dan akhirat kecuali kejujuran. Kejujuranlah yang akan menuntun pada kebaikan, dan kebaikanlah yang akan menuntun seseorang pada jannah. Sekarang tinggal pilih mana, syurga atau neraka. Jika syurga, wajib bagi kita meninggalkan dusta.
        
        Demikianlah khutbah jum’at yang kami sampaikan. Ada benarnya dating dari Allah ta’ala. Ada salahnya dating dari saya sendiri dank arena bisikan setan.

بَرَكَ اللهُ لِيْ وَ لَكُمْ فِي الْقُرْانِ الْعَظِيْم, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكيْمِ, أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله الْعَظِيِمِ لِييْ وَلَكُمْ


(Ust. Amru)

An-Najah edisi 108

JANGAN PERNAH MENGHINA RASULULLAH
Newer Post
Previous
This is the last post.

0 comments:

Post a Comment