05:47
0

    Ada orang tua yang duduk bersama anaknya yang berumur 25 tahun di dalam kereta. Tampak sekali keceriaan dan kegembiraan di wajah anaknya yang duduk di samping jendela kereta.

    Pemuda itu mengeluarkan tangannya dari jendela dan merasakan terpaan angin seraya berkata riang, “Ayah… ayah… lihatlah, pepohonan berjalan berkebalikan dengan arag kereta!” orang tua itu hanya tersenyum memandangi anaknya yang tersenyum memandangi anaknya yang bergembira.

    Di sampingnya, duduk pasangan suami istri yang mendengar perbincangan orang tua dan anaknya itu. Mereka tampak rishi dan terganggu akan perilaku pemuda yang berumur 25 tahun, tapi bertingkah seperti anak kecil.

    Lagi-lagi, pemuda itu berteriak kegirangan melihat pemandangan yang dilaluinya, “Ayah… lihat… awan itu juga berjalan mengikuti kereta!”

    Semakin rishi dan jengkellah pasangan suami istri yang di sampingnya.

    Ketika itu hujan turun. Tetesan air hujan menerpa tangan pemuda yang sedang meluapkan kegembiraan, “Ayah… ada hujan, airnya mengenai tanganku.. lihatlah wahai ayah..!”

    Kali ini, pasangan suami istri itu tak mampu lagi menahan kekesalannya. Lalu mereka berkata, “kenapa tak kau bawa anakmu ke dokter agar sembuh dari sakit (gila)nya!”

    Orang tua itu menjawab, “kami baru saja pulang dari rumah sakit, dan ini adalah hari pertama anakku bisa melihat dalam hidupnya setelah tadinya buta sejak lahir!” (Mamlakatul qashash al-waqi’iyah)


    Sahabat pecinta sunnah, terkadang kita melihat orang lain dari apa yang tampak di depan mata. Kita tak pernah tahu atau mencari tahu kondisi sesungguhnya. Semua dipukul rata. Oleh karena itu jangan mudah menghakimi orang lain secara serampangan, tanpa mengetahui alas an dan kondisi yang sesungguhnya.

0 comments:

Post a Comment